4 Fakta Fenomena Rojali dan Rohana di Mal hingga 23 Juta Orang Miskin Indonesia

1 day ago 4

4 Fakta Fenomena Rojali dan Rohana di Mal hingga 23 Juta Orang Miskin Indonesia

4 Fakta Fenomena Rojali dan Rohana di Mal hingga 23 Juta Orang Miskin Indonesia (Foto: Okezone)

JAKARTA - Pusat perbelanjaan atau mal diselimuti fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana). Rojali dan rohana berkumpul di mal tapi tidak melakukan transaksi.

Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, hal tersebut sebetulnya umum saja dilakukan ketika masyarakat hendak berbelanja. Biasanya, hal itu dilakukan masyarakat untuk melakukan survei harga terlebih dahulu untuk dibandingkan dengan toko lain.

"Kan sebelumnya juga sudah terjadi (fenomena rojali). Namanya orang orang mau belanja kan biasa di cek barangnya dulu, ingin lihat barangnya bagus tidak, harganya seperti apa, jangan sampai nanti dapat yang palsu, kan gitu," ujarnya saat ditemui di Jakarta Timur, Rabu (23/7/2025).

Fenomena rojali dan rohana ini juga ditanggapi oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut ini Okezone rangkum mengenai fenomena rojali dan rohana di mal, Jakarta, Senin (28/7/2025).

1. APPBI Buka Suara Fenomena Rojali dan Rohana

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengakui bahwa jumlah pengunjung ke mal memang mengalami peningkatan, namun transaksi tidak meningkat.

Menurutnya, tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena ini terjadi akibat dari lesunya daya beli masyarakat. Jumlah kunjungan masyarakat ke mal meningkat sekitar 10% pada tahun 2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya.

"Memang ini terjadi lebih karena faktor daya beli, khususnya di kelas menengah bawah. Kan daya belinya berkurang, uang yang dipegang semakin sedikit, tapi mereka tetap datang ke pusat perbelanjaan," tambahnya.

2. Perubahan Tren Belanja Masyarakat

Menurut Alphonzus, tren belanja masyarakat juga telah mengalami perubahan yang diakibatkan oleh tekanan ekonomi. Lebih selektif dalam membeli barang, bahkan tidak melakukan pembelian jika memang tidak ada kebutuhan yang mendesak.

"Memang yang berubah itu kan pola belanjanya, mereka jadi lebih selektif berbelanja. Kalau tidak perlu ya tidak. Kalaupun beli, hanya barang atau produk yang harga unitnya itu murah," tambahnya.

Meski demikian, Alphonsus menilai fenomena rojali atau rohana di mal merupakan hal yang umum dilakukan. Mengingat fungsi pusat perbelanjaan seperti mall sendiri tidak hanya sebagai tempat transaksi, namun juga rekreasi atau hiburan.

"Saya kira itu umum atau hal yang wajar, ada interaksi, tawar menawar, dan lain-lain. Juga kan fenomena rojali ini juga kan karena fungsi daripada pusat perbelanjaan, bukan sekedar belanja, tapi ada edukasi, entertainment, hiburan dan sebagainya," kata Alphonzus.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|