Putri Zulhas Ungkap Panggilan Hati yang Mendorongnya Terjun ke Dunia Politik (Foto: Okezone)
JAKARTA - Isu keterwakilan perempuan dalam ranah politik masih menjadi pembahasan penting di Indonesia. Meskipun setiap periode parlemen menetapkan kuota minimal 30 persen, angka tersebut kerap kali belum terpenuhi secara maksimal. Di tengah tantangan ini, Putri Zulhas, seorang politisi perempuan yang memiliki rekam jejak sebagai pengusaha, membagikan kisahnya tentang motivasi di balik keputusannya terjun ke dunia politik praktis dalam Podcast Herspective Channel YouTube Okezone, Selasa (13/8/2025).
Putri menceritakan, perjalanan hidupnya tidak pernah mengarah ke politik. Awalnya, ia memiliki cita-cita mulia untuk menjadi seorang dokter.
"Awal cita-citanya sebenarnya mau jadi dokter," ujarnya.
Cita-cita itu muncul dari keinginan mengabdi dan membantu banyak orang, yang menurutnya merupakan salah satu profesi sangat mulia. Namun, jalan takdir membawanya ke jalur berbeda. Ia menempuh pendidikan di bidang bisnis yang kemudian ia tekuni selama 10 tahun.
Di dunia usaha, Putri tetap membawa misi sosialnya. Ia merasa bahwa dengan memiliki usaha, dirinya dapat menciptakan lapangan kerja dan memberikan manfaat lebih luas bagi banyak orang. Setelah satu dekade berkecimpung di dunia bisnis, pada 2024 ia memutuskan untuk terjun ke dunia politik.
Keputusan Putri untuk memasuki politik tidak datang dari dorongan keluarga.
"Jujur, sama sekali enggak disuruh keluarga," katanya.
Ia menjelaskan bahwa di keluarganya, setiap anak memiliki profesi berbeda-beda dan sangat demokratis. Panggilan itu justru muncul dari pengalamannya sebagai pengusaha. Dengan 90 persen karyawannya adalah perempuan, ia menjadi sangat memahami berbagai dinamika dan permasalahan yang dihadapi kaum perempuan. Dari situlah ia merasa ada isu-isu yang harus diperjuangkan dan disuarakan.
"Aku paham banget, banyak yang suka cerita, curhat perempuan dengan segala dinamikanya... ini kayaknya harus diperjuangkan dan harus ada yang menyuarakan," kutipnya.
Melihat data keterwakilan perempuan di parlemen yang belum maksimal, yaitu sekitar 20–22 persen, Putri Zulhas bertekad untuk menjadi teladan. Ia ingin mendorong perempuan-perempuan lain agar mau ikut serta dalam politik praktis dan tidak menjadi apatis. Ia menyadari bahwa banyak stigma yang membuat perempuan ragu, seperti pandangan bahwa politik itu keras, kejam, dan merupakan dunia yang sangat maskulin.